Senin, 20 Desember 2010

Tunggulah Aku (Cinta di Bukit Alvia) –A Short Story-


Tunggulah Aku (Cinta di Bukit Alvia) –A Short Story-


“bye Vi, aku pergi dulu ya sayang, jaga diri kamu baik-baik ya selama aku pergi, aku ngga mau kamu kenapa-kenapa.. aku janji kok, bakal balik lagi ke Jakarta, buat menuhin semua janji aku sama kamu.. secepatnyaa..”
Masih jelas aku ingat, rincian-rincian dari kata-kata Alvin kekasihku, yang dia ucapin sebelum dia pergi ninggalin aku demi menggapai cita-citanya di Negara kangguru 4 tahun lalu. Awalnya komunikasi antara aku dan Alvin lancar-lancar saja, tapi 3 minggu terakhir ini, Alvin ngga pernah ngasih kabar lagi, aku ngga tau kenapa, tiap aku sms.. pasti ngga dibales, tiap aku telepon.. pasti handphonenya sibuk.. berkali-kali juga aku kirimkan email, tapi tak pernah di balasnya. Ada apa dengan Alvin tuhan? Apa dia sudah lupa denganku? Apa dia sudah menemukan wanita lain yang dapat menyejukkan hatinya selain aku? Apa dia memang ingin melupakan aku dan membuang semua kisah tentang kami? Ah… sudahlah, aku tepis semua prasangka burukku tentang Alvin, aku berharap dia tetap untukku..

***
-----------------------------------
Dan bila aku pun rindu..
Bara hangatnya senyummu..
Bara hangatnya tawamu..
-----------------------------------

Hari ini genap 1 bulan aku lost contact sama Alvin, aku disini cuma doain yang terbaik buat dia, hari ini aku memutuskan untuk pergi ke bukit Alvia, bukit yang biasanya aku dan Alvin datangi, entah itu untuk bercanda, melepas penat, berbagi cerita tentang hidup kita masing-masing, ataupun hanya untuk sekedar merasakan sejuknya berada di daerah pegunungan.
Saat ini, aku sedang duduk di sebuah batu yang biasanya kami (aku dan Alvin) duduki, mataku menerawang jauh ke awan, mengingat-ingat waktu Alvin menyatakan cintanya padaku disini, dibukit Alvia kami.

FLASHBACK : ON
“Via, pernah ngga sih, kamu ngerasain jatuh cinta? Jatuh cinta yang sampai-sampai bikin kamu ngga bisa makan kalo ngga nelepon dia, ngga bisa tidur kalo belum liat fotonya?” Tanya Alvin padaku. Aku tersenyum.
“loh, kenapa senyum? Aneh ya? hahaha” ujar Alvin lagi sambil tertawa.
“ngga aneh kok Vin, aku juga lagi ngerasain itu sekarang, rasa yang bener-bener aneh, yang bener-bener bikin aku bingung buat ngadepinnya.. haha” ujarku sambil tertawa.
“berarti kita sama-sama lagi jatuh cinta ya Vi?” ucap Alvin lagi.
“iya Vin, aneh ya.. kok bisa barengan gini? Mm… aku lagi jatuh cinta sama seseorang yang selalu bikin aku ketawa, yang slalu bikin hati aku tenang.. kalo kamu gimana Vin?” tanyaku. Alvin menunduk, dia tampak sedih, aku ngga tau apa yang Alvin pikirin.
“ah… emm.. aku? Em.. aku juga lagi jatuh cinta sama seseorang, tapi kayaknya dia sukanya sama orang lain deh, bukan sama aku” ujar Alvin sedih. Aku lalu merangkulnya bermaksud untuk menenangkan hatinya, walaupun hanya sedikit.
“kok gitu sih Vin? Emang kamu udah tanya langsung ke orangnya?” tanyaku. Alvin menggeleng.
“hahaha.. dasar Alvin, hobinya ngejudge mulu, sok-sokan udah tau, padahal nanya aja belom… huuuu” ucapku sambil tertawa.
“aku ngga perlu repot-repot nanya ke orangnya, orang barusan dia dah jelas-jelas bilang, dia lagi suka sama seseorang… ups, sorry” ucap Alvin keceplosan. Aku cengo mendengarnya.
“ja… jadi Vin, maksud kamu…” , “iya Vi, orang yang aku suka adalah kamu, aku suka kamu Sivia Azizah, dari dulu Vi, sejak pertama kali aku kenal sama kamu, sejak pertama kali aku liat kamu, kata orang sih love at first sight, awalnya sih aku ngga percaya, tapi lama-lama rasa ini semakin jelas dan nyata buat aku Vi” ucap Alvin panjang lebar. Aku masih terdiam, aku masih ngga percaya sama pengakuan dia barusan, sumpah ajaib banget…
“tapi… setelah aku denger cerita kamu barusan, aku patah hati, rasanya ngga ada lagi harapan buat aku ngedapetin cinta kamu” Alvin menunduk.
“Vin” ujarku. “hm…” , “jadi beneran kamu sukanya sama aku?” Alvin mengangguk.
“Alvin, liat aku donk…” ujarku sambil pura-pura ngambek. Alvin menatapku.. dag.. dig.. dug.. jantungku berdetak bagitu kencang seakan mau lompat (lebee). Hhh… apa Alvin ngga tau, bahwa seseorang yang aku maksud adalah dia…
“iya Vi, kenapa?” Tanya Alvin lesu.
“Alvin, kamu mau tau ngga siapa cowo yang aku suka?” tanyaku pada Alvin.
“siapa Vi?” Tanya Alvin merespon pertanyaanku tadi masih dengan wajah lesu.
“amm… emm.. aku, aku suka sama Alvin” ujarku malu-malu. Wajah Alvin yang tadinya lesu, tiba-tiba saja berubah cerah ceria bagaikan mentari dipagi hari :D
“Alvin? Alvin aku maksudnya Vi?” Tanya Alvin semangat.
“aduh,, ialah, Alvin kamu.. emang siapa lagi coba temen aku yang namanya Alvin?” jawabku.
“ah yang bener Vi?” Tanya Alvin meyakinkan.
“iya, beneran Vin,,, Alvin kamu..” balasku.
“jaa.. jadii.. kamu suka sama aku Vi?” aku mengangguk.
“yes… yess.. Via suka sama gueeeee, thanks god, cinta gue ngga bertepuk sebelah tangan” ucap Alvin sambil lompat-lompat ngga jelas. Aku hanya tertawa melihat tingkah Alvin. Tiba-tiba Alvin lari, dia pergi menghilang.. kemana Alvin? Kenapa tiba-tiba aja dia pergi ninggalin aku sendirian disini?
“Alvin… Vin… kamu dimana? Aku takut, aku ngga mau kamu ninggalin aku sendirian disini Vin” ujarku sambil menangis karena saking takutnya… tapi, tiba-tiba aja…
‘JRENG…. JRENG… JRENG’ Alvin muncul dengan sebuah gitar, lalu dia nyanyi…
I will not make the same mistakes that you did…
I will not let my self..
Cause my heart so much misery..
I will not break the way you did..
You fell so hand..
I have learned the hard way…
To never let it get that for..
Because of you..
I never stray to far from sidewalk..
Because of you..
I learned to play on the safe side so..
I don’t get hurt..
Because of you..
I find it hard to trust not only me, but.. everyone around me..
Because of you..
I am afraid..
Alvin  meletakkan gitarnya, kini dia sedang berlutut dihadapanku, Alvin menggengam kedua tanganku, aku tersenyum simpul.
“Via, kamu tau kan kalo aku sayang sama kamu, dan kamu juga tau kalo aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali aku liat kamu..” ujar Alvin.
“Via, malam ini juga, di bawah miliaran bintang, di bawah indahnya sinar rembulan dan diatas bukit ini, aku minta kamu buat jadi penghuni hati aku, Via.. apa kamu mau jadi pacar aku?” Tanya Alvin serius. Sumpah, gugup banget.. ya, walaupun sebelumnya aku udah tau tentang perasaan Alvin ke aku..
“em.. Alvin, kamu juga udah tau kan tentang perasaan aku, gimana sukanya aku sama kamu, gimana nyamannya aku sama kamu, jadi… kalo kamu nanya mau apa engga aku jadi pacar kamu, hm… jelas, aku bakal jawab.. IYA.. aku mau jadi pacar kamu Alvin, aku sayang sama kamu…” ujarku sambil tersenyum.
“beneran Vi?” Tanya Alvin yang sepertinya tidak percaya.
“iya Vin, beneran, aku mauu” ucapku lagi. Alvin langsung memeluk ragaku.
“thanks Vi, aku janji bakal jaga cinta kita ini, ga akan pernah juga aku sakitin kamu” janji Alvin padaku. Alvin melepaskan pelukannya. Kini, Alvin memandangku, semakin lama, wajahnya semakin dekat dengan mukaku, aku menutup mataku, sesaat setelah Alvin berhasil mendaratkan bibirnya di keningku. Sungguh begitu terasa indahnya cinta Alvin…
FLASHBACK : OFF

Begitu hangatnya pelukan Alvin saat itu, begitu indahnya sayang Alvin padaku. Kembali aku merindukannya. Sosok Alvin, aku rindu kamu Alvin.. dimana kamu sekarang? Semua cerita indah kita selalu aku rindukan, kapan kamu pulang? Aku memeluk kedua lututku dan kubenamkan wajahku didalamnya. Aku menangis, karena dia… Alvin..
----------------------------------------
Ku kan datang dengan gitar..
Nyanyi lagu kesayangan..
Sampai ku ingat indah kotamu..
-----------------------------------------

‘JRENG…. JRENG… JRENG…’ ada suara gitar, sepertinya ada orang lain disini, selain aku, ya.. selain aku. Siapa orang yang mungkin datang ke bukit Alvia selain aku dan Alvin, aku ada disini.. tapi Alvin tidak, apa mungkin itu Alvin? Suara gitar itu semakin dekat… dekat, aku takut.. semakin aku tenggelamkan wajahku diantara kedua kakiku..
Tunggulah aku di kota kamu..
Tempat pelabuhan sebuah rinduku…
Tunggulah aku di kota kamu..
Tempat pelabuhan sebuah mimpiku…
Lagu itu… suara itu.. Alvin, ya aku yakin itu dia, lagu itu, adalah lagu kesayangan kami yang sering kita nyanyikan di bukit Alvia, aku angkat wajahku yang sedari tadi aku benamkan diantara kedua kakiku. Aku cari sosok yang baru saja menyanyikan lagu itu, yang aku yakini adalah Alvin.. tapi nihil, tak ada satu pun orang disini, mungkin aku hanya menghayal, karena terlalu merindukannya. Aku menghela nafas panjang, aku kembali menangis… dan menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Di sela-sela tangisanku, tiba-tiba aku mendengar suara itu.
“Via, hey.. kenapa kamu nangis?” ujar suara itu yang ku kenal sebagai suara Alvin, aku tetap diam dan tak bergeming sedikit pun.. aku yakin itu pasti hanya khayalanku saja.. sudahlah. Tapi, suara itu kembali terdengar..
“Via sayang, ini aku Alvin… apa kamu ngga kangen sama aku?” ucap suara itu lagi. Aku mengangkat wajahku (lagi).
“omigod, ini beneran kamu Alvin? Alvin pacar aku yang selalu aku rindukan kehadirannya? Kamu ada disini? Bersama aku?” ucapku tak percaya sambil mengucek-ucek mataku. Sosok itu mengangguk. Aku langsung saja memeluknya dengan erat. Aku kini yakin.. sangat yakin bahwa dia Alvin, seseorang yang selalu aku tunggu-tunggu dan aku rindukan kehadirannya.
“kamu ngapain malem-malem disini? Sendirian lagi? Pantes tadi aku kerumah kamu, kamu ngga ada, kata bunda kamunya belum pulang, aku yakin kamu pasti kesini, dan bener aja… apa kamu ngga takut kalo nanti kalo ada orang jahat yang ngelukain kamu?” cerocos Alvin panjang lebar.
“aku kangen kamu Vin, kangen, kangen banget… aku takutnya kamu ngga balik lagi dan ninggalin aku” ujarku tak menghiraukan celotehan Alvin barusan.
“hey Via sayang… itu ngga akan terjadi, yang penting kan sekarang aku ada disini bareng kamu.. udah, jangan nangis lagi ya sayang, lagi pula aku kan udah janji bakalan balik lagi ke Jakarta” ujar Alvin menenangkan ku. Aku melepaskan dekapanku dari Alvin, Alvin lalu memegang kedua pipiku, dia hapus air mata yang tadi sempat menganak di kedua pipiku.
“jadi… tadi yang nyanyi itu, kamu?” tanyaku sesegukan. Alvin tersenyum.
“iya Via sayang, tadi aku yang nyanyi” jawab Alvin.
“tapi, tadi kok aku cari ngga ada orangnya?” ujarku lagi.
“hahahaha…. Iya, tadi habis nyanyi aku nyimpen gitar dulu ke mobil, terus kesini lagi deh, kan repot juga bawa-bawa gitar mulu.. hehehe” ujar Alvin memberi penjelasan.
“uuhh.. pantes aja, aku kirain aku cuma ngayal aja, Alvin jahat… Alvin jahat” ujarku sambil memukul pelan dada Alvin, Alvin meringis. Mungkin dia kesakitan :P
“eitts… tapi kamu sayang kan sama aku?” canda Alvin.
“iya sih” jawabku jujur sambil manyun.
“lucu deh kamu kalo lagi manyun gitu.. kaya hello kity (?) sini ah.. mau aku foto… hahaha” ejek Alvin, lalu tawanya meledak. Aku mencubit pinggangnya.. sakit ya? Biarin ah :P
“terus kenapa 1 bulan terakhir ini kamu ngga ngasih kabar ke aku?” tanyaku.
“hem.. soal itu, maaf ya sayang.. aku lagi sibuk ngerjain skripsi aku, jadi… aku ngga sempet nelpon kamu.. maaf ya sayang jangan marah plisss..” ujar Alvin meluruskan apa yang bengkok (?).
“bener nih gara-gara sibuk skripsi? Bukan karena ada cewe baru disana?” tanyaku menyelidik.
“ya ampuun.. ngga lah sayang, walaupun ada sejuta cewe cantik di dunia ini, tetep aja mereka ngga akan bisa gantiin kamu di hati aku sayaang…” ujar Alvin gombal.
“idiiih…. Gombal ah” balasku.
“beneran deh sayang, suerrr.. ngga bohong” ujar Alvin, kali ini dia serius.
“sayang, aku kangen deh sama kamu..” ucap Alvin sambil memandang langit yang memang sedang cerah.
“sayang, kamu mau ngga ngulang hari kayak waktu kita jadian dulu?” Tanya Alvin.
“hah? Maksudnya apa? Aku ngga ngerti” jawabku jujur.
“tapi kamu mau ngga dulu?” Tanya Alvin lagi semakin ngga jelas. Aku hanya mengangguk dengan berjuta-juta tanda tanya di benakku. Alvin lalu tersenyum. Dia berlutut dan menggenggam kedua tanganku seperti dulu saat dia menyatakan perasaannya padaku… hm.. tapi jujur, aku belum ngerti apa maksud Alvin (ahh.. elaah,, Via payah niih -___-)
“oke Via sayang, udah 4 tahun loh aku ninggalin kamu, dan jujur aja.. aku masih ngga percaya kamu masih setia nungguin aku” kata Alvin, aku hanya mendengarkan saja.
“Via, di bawah miliaran bintang, di bawah indahnya sinar rembulan dan diatas bukit ini, aku ingin ngulang lagi kisah kita dulu..tapi, bukan untuk meminta kamu jadi pacar aku, melainkan.. meminta kamu buat jadi cinta terakhir buat aku” ujar Alvin serius. Aku mulai mengerti arah pembicaraan Alvin (kemana aja Vi? Sampe baru connect gini..). aku hanya senyam-senyum saja sambil menutupi debar jantungku saat ini. Alvin mengambil sesuatu di kantongnya. Sebuah kotak warna pink, berukuran kecil, Alvin lalu membukanya.. ada cincin, ya.. itu cincin..
“Via, maukah kamu menikah dengan ku?” ujar Alvin sembari mempersembahkan cincin tadi kepadaku, aku tersenyum…
“Alvin, kamu tau kan.. aku udah lama banget nunggu kamu disini, 4 tahun Vin, itu bukan waktu yang sebentar.. jadi.. Alvin maaf..” aku sengaja menggantukan kalimatku supaya Alvin penasaran dengan jawabanku.
“Vi? Jadi.. kamu? Hhh.. jadi…” ujar Alvin sedih.
“setelah aku pikir-pikir, maaf Alvin,,, aku ngga bisa nolak permintaan kamu…” ujarku sambil tersenyum lebar.
“seriusan Vi? Jadi kamu mau? Kamu ngga nolak aku??? Aaa~~ thanks banget.. kamu emang anugerah terindah yang pernah aku miliki..” aku tersenyum. Lalu Alvin memasangkan cincin itu di jari manisku. Alvin memelukku..
            Disini, di bukit Alvia ini.. kisah antara aku dan Alvin bermula.. dan di bukit ini juga Alvin meminta aku untuk menjadi pelabuhan cinta terakhirnya.. semoga kami abadi…


TAMAT

Hiyaaaa… tamat niih cerpennya, gmna? Gmna? Pasti gaje yaah? Huft.. maaf deh kalo gitu..
Komennya donk.. yayayayaya :D

Promosi.. follow me @JeaneMagami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar